Pengertian Konvergensi Media
Konvergensi berasal dari bahasa Inggris yaitu convergence. Kata konvergensi merujuk pada dua hal/benda atau lebih bertemu dan bersatu dalam suatu titik (Arismunandar, 2006:1). Konvergensi akan mudah dibayangkan jika menggunakannya dalam ilmu fisika khususnya tentang cahaya. Cahaya matahari datang dari berbagai sudut yang kemudian dikumpulkan atau dibiaskan oleh loop (kaca pembesar) pada satu titik. Penggabungan berkas-berkas cahaya tersebut adalah peritiwa konvergensi. Sehingga, konvergensi media berarti penggabungan atau pengintegrasian media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan. Istilah konvergensi secara umum juga merujuk pada kaitannya dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK). Kata konvergensi ini umum dipakai dalam perkembangan teknologi digital, integrasi teks, angka, gambar, video, dan suara.
Briggs dan Bourke (2002:267), seperti dikutip Dwyer di Media Convergence: Issues in Cultural and Media Studies (2010, bab 1), mengatakan bahwa istilah “konvergensi” diaplikasikan pada perkembangan teknologi digital yang paling sering terjadi, yaitu integrasi teks, angka, gambar, dan suara atau digitalisasi. Walaupun begitu, itu hanyalah ‘secuil’ dari perubahan di media saat ini. Satu perkembangan teknologi yang dilihat benar-benar mengubah bagaimana konten diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi adalah Internet. Namun ini tidak untuk disalahkaprahkan, karena konvergensi media bukanlah persoalan internetisasi dan digitalisasi saja, melainkan ada implikasi pada newsroom, pada bagaimana konsumen mengkonsumsi konten (dan memproduksinya), dan pada media lama yang dikatakan terancam punah. Seperti bisa dilihat saat ini, berbagai media konvensional, terutama surat kabar dan televisi, sudah menggunakan teknologi Internet sebagai ‘perpanjangan’ dari apa yang mereka sudah miliki.
Terlihat simpel, tapi bila ditelaah, Internet sebenarnya merupakan ‘entitas’ yang berbeda ia bisa melakukan apa yang media konvensional lakukan, sekaligus menjadi platform bagi individu berkomunikasi antar satu sama lain. Seperti diungkapkan Dwyer (2010), Internet merupakan medium point-to-point tapi juga sekaligus point-to-multipoint (mass). Segala konten yang tersebar di Internet, baik itu video-video di Youtube, blog, profil Facebook, musik di MySpace, online game, mengubah bagaimana media diciptakan, disebar, dan dinikmati. Untuk mengerti ini, Dailey, Demo, dan Spillman (2005) menjabarkan 5 aktivitas konvergensi news organizations, yaitu: cross-promotion, cloning, “coopetition,” content sharing, dan full convergence. Yang pertama adalah yang paling sederhana—memberikan awareness akan mitra masing-masing. Yang kedua adalah menjiplak konten dari media lain. Yang ketiga merupakan usaha media untuk saling bekerjasama namun juga berkompetisi. Yang keempat adalah saling membagikan paket konten dan kadang anggaran. Dan yang terakhir, full convergence, media saling berbagi dalam mencari dan menyebarkan berita, dengan tujuan mengoptimalisasi kelebihan masing-masing media untuk menyampaikan berita. Dalam organisasi berita, bentuk konvergensi di lapangan bisa bervariasi dan pada bermacam-macam tingkat. Ada yang hanya menaruh link, ada juga yang sampai tahap di mana jurnalis surat kabar tampil on-air di televisi—sebaliknya, staf di TV juga menyumbangkan berita pada surat kabar. Hal ini memberikan akibatnya tersendiri. Jurnalis dituntut untuk bisa multitasking serta memiliki banyak kemampuan berkaitan dengan news-gathering. Bila dulu jurnalis hanya tinggal membawa notes dan pulpen, sekarang ada istilah “backpack journalism”, di mana satu jurnalis juga membawa kamera dan peralatan lainnya karena dituntut untuk bisa mendapatkan berita yang bisa diaplikasikan pada beragam platform.
Pada tahun 1990, Bill Gates pernah meramalkan, 10 tahun lagi (tahun 2000) suratkabar cetak akan mati digantikan oleh teknologi suratkabar baru yang berbasis teks elektronik. Setelah sepuluh tahun berselang, pendiri Microsoft tersebut, merevisi prediksinya, yakni sekitar 50 (lima puluh tahun) kedepan, ramalannya baru akan terwujud.Prediksi yang dikemukakan Gates memang tidak terbukti tepat waktu, namun terlepas dari perdebatan apakah benar saat ini suratkabar elektronik akan mematikan suratkabar cetak, sekadar menggantikan, atau bahkan menyempurnakannya, teknologi selalu menjadi bagian terpenting dari perkembangan suatu jenis media massa. Kenyataan tersebut sejalan dengan teori konvergensi media yang menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus terjadi sejak awal penemuannya. Setiap model media terbaru cenderung menjadi perpanjangan atau evolusi dari model-model pendahulunya. Hukum teknologi berkembang berdasarkan deret ukur, melampaui deret hitung. Jika media konvensional tidak melakukan penyesuaian, akan tertinggal jauh. Demikianlah sifat perubahan dan penetrasi teknologi komunikasi terhadap media massa.
Dasar terbentuknya Konvergensi Media
John Fiske dalam bukunya Cultural and Communication Studies mengungkapkan kode-kode digital lebih mudah dipahami karena unit-unitnya dibedakan dengan jelas, berlainan dengan kode-kode analog yang bekerja dalam suatu skala kontinu. Jadi tidaklah heran jika dalam orientasi perkembangan peradaban manusia mengarah pada proses digitalisasi atau dengan kata lain proses menuju kemudahan, kelengkapan, dan kecepatan dalam mendapatkan dan memahami berbagai informasi.
Dari sisi bisnis, digitalisasi menjanjikan efisiensi biaya yang cukup signifikan dengan area cakupan yang lebih luas, kualitas pelayanan yang lebih baik dan mampu melayani pengguna jasa media berdasarkan kebutuhan mereka. Namun yang jauh lebih penting adalah digitalisasi mampu mendesak kelahiran beragam kreativitas dalam penyajian konten sehingga area cakupan bisnis dapat lebih diperluas.
Menurut Jonathan Parapak dari Universitas Pelita Harapan, tahapan perkembangan paradigma ini menjadi 3 tahapan proses, yaitu automatisasi, integrasi, dan kolaborasi. Mayoritas pelaku di kawasan ini berada di antara automatisasi dan integrasi, sementara hanya sebagian kecil yang telah mencapai tahap di antara integrasi dan kolaborasi.
Konvergensi media adalah bergabungnya (berintegrasinya) fungsi-fungsi beberapa media ke dalam satu media. Konvergensi media muncul karena :
Dorongan kebutuhan akan beberapa fungsi media
Dorongan kebutuhan akan efesiansi
Teknologi yang telah memungkinkan berintegrasinya fungsi-fungsi dari beberapa media tersebut.
Dampak Konvergensi Media :
Konvergensi media juga mengubah hubungan antara teknologi, industri, pasar, gaya hidup dan khalayak. Singkatnya, konvergensi mengubah pola-pola hubungan produksi dan konsumsi, yang penggunaannya berdampak serius pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan. Misalnya saja, bagaimana surat kabar harian Kompas yang dulunya hanya menyediakan berita di media cetak kemudian menghadapi perubahan teknologi yang drastis ini. Ternyata Koran kompas juga mengikuti perkembangan teknologi sehingga juga menyediakan berita di internet seperti kompas.com atau detik.com. Dengan tersedianya berita di internet yang bisa dikonsumsi dengan computer bahkan sekarang bisa mengkonsumsi berita dengan Handphone (HP), sehingga masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan informasi, hiburan, sosial, politik, bahkan bidang ekonomi misalnya, saat ini, orang tidak perlu repot lagi jika ingin berbelanja sesuatu, dari ponsel yang dimiliki bisa melakukan banyak hal misalnya membaca koran di pagi hari, bertegur sapa dengan para kolega, mengirim pesan penting dalam bentuk yang singkat (SMS) atau panjang melalui email, melakukan rapat-rapat penting, sampai pada melakukan transaksi dalam jumlah yang besar. Semua konten tersebut hadir dalam satu platform media.
SUMBER:
http://g341100009.blogspot.co.id/2015/06/konvergensi-media-adalah.html
http://maharddikhapratama.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-konvergenai-media-dan.html
Rabu, 25 November 2015
KONVERGENSI MEDIA
Minggu, 01 November 2015
CITIZEN JOURNALISM
Pengertian
Citizen Journalism
Citizen
Journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non
profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga. Citizen
Journalis (Jurnalisme Warga) adalah warga biasa yang
menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya
menggunakan channel media baru yaitu internet untuk menyebarkan informasi dan
berita yang mereka dapat.
Shayne
Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai ‘…the
act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting,
analyzing, and disseminating news and information”. Ada beberapa istilah yang dikaitkan
dengan konsep citizen journalism. Public journalism, advocacy journalism,
participatory journalism, participatory media, open source reporting,
distributed journalism, citizens media, advocacy journalism, grassroot
journalism, sampai we-media.
J.D.
Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media
citizen journalism ke dalam 6
tipe :
1.
Audience participation (seperti komenter
user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video
footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh
anggota komunitas).
2.
Situs web berita atau informasi
independen (Consumer Reports, Drudge Report).
3.
Situs berita partisipatoris murni
(OhmyNews).
4.
Situs media kolaboratif (Slashdot,
Kuro5hin).
5.
Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing
list, newsletter e-mail).
6.
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran
video, seperti KenRadio).
Pendapat
tentang Jurnalisme warga/Citizen Journalism:
1.
Menurut
Wikipedia
Jurnalisme warga (bahasa Inggris:
citizen journalism) adalah kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan
oleh masyarakat
dalam kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi
dan berita.
Tipe jurnalisme
seperti ini akan menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau
pemirsa membentuk informasi dan berita di masa mendatang. Perkembangannya di Indonesia dipicu
ketika pada tahun 2004 terjadi tragedi Tsunami di Aceh yang diliput sendiri
oleh korban tsunami. Terbukti
berita langsung dari korban dapat mengalahkan berita yang dibuat oleh jurnalis
profesional.
2. Menurut situs ruang dosen
Dirgahayu
dalam Jurnal Observasi (2007) menyebutkan, saat ini pers berada dalam situasi
di mana pengertian wartawan dan media mengalami pergeseran penting sebagai
akibat dari perkembangan dua hal, yaitu perkembangan jurnalistik dan
perkembangan media. Dunia jurnalistik kini mengalami perubahan. Dulu, reportase
adalah tugas khusus yang dibebankan kepada wartawan atau reporter media massa.
Sekarang setiap warga bisa melaporkan peristiwa kepada media.Inilah yang
kemudian disebut citizen journalism, participatory journalism, atau
ada juga yang menyebutkan open source journalism.
Sejarah Citizen Journalism
Kehadiran
media internet di akhir tahun 1989 diduga adalah sebuah pemacu kuat terjadinya citizen journalism.Internet, dengan kecanggihan yang dimilikinya
menawarkan kesempatan yang luas bagi publik untuk dapat menumpahkan ide dan
gagasan mereka di situs-situs pribadi yang gratis dan simple yang lebih akrab
disebut sebagai blog. Fenomena berjamurnya blog ini mungkin adalah sebuah
bentuk eksistensi diri di dunia, maya bagi seseorang.Namun, lebih dari itu,
bila kita lihat dari aspek lain, keberadaan blog ini memacu dunia tulis menulis
di kalangan publik.
Informasi yang dulu hanya bisa dinikmati dari berbagai
media massa melalui goresan tangan seorang wartawan, kini bisa dinikmati di
berbagai tempat dengan berbagai tangan selain tangan wartawan. Sebenarnya citizen
journalism tidak hanya terpatok pada satu media saja, seperti internet.Akan
tetapi, mencakup semua jenis media. Hanya saja, memang media internet memiliki
kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki media lain. Selain karena aksesnya yang
lebih murah dan cepat, media internet pun menawarkan sebuah fasilitas berdialog
langsung dengan audiens yang menjadi pembaca atau penikmatnya.
Dalam salah satu situs di internet, ada yang
berpendapat bahwa kehadiran citizen journalism salah satunya dipicu oleh
sebuah peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat, tepatnya tahun 2004.Saat itu
dilaksanakan pemilihan presiden Amerika. Bush dari partai Republik dan Kerry
dari partai democrat yang bersaing ketat memperebutkan kursi kepresidenan. Dikatakan
dalam situs tersebut bahwa masyarakat AS saat itu merasa jenuh dengan
pemberitaan-pemberitaan yang ada di media. Pada
akhirnya, mereka melampiaskan seluruh pendapat dan perasaannya ke dalam wadah
weblog di mana semua yang mereka fikirkan dan mereka rasakan bisa
dipublikasikan dan dibagikan dengan yang lainnya.
Perkembangan Citizen Journalism
Perkembangan Citizen Journalism
Dapat dipastikan bahwa citizen journalism hadir
dari sebuah perkembangan teknologi yang cepat yang dipelopori oleh kehadiran
internet di akhir tahun 1990-an. Oleh karena citizen journalism hadir
dari sebuah perkembangan teknologi, maka perkembangannya pun tak pernah
terlepas dari perkembangan teknologi. Hubungan yang
terjadi berbentuk linear, semakin tinggi perkembangan teknologi, semakin marak
dan mendunia pula fenomena citizen journalism.Kita bisa melihat hal ini
dengan studi realita yang ada.
Dahulu mungkin ingin membuat berita yang dibaca banyak
orang itu susah. Ada beberapa cara sebenarnya, diantaranya dengan menyebarkan
leaflet-leaflet gelap yang kemudian akan dibaca masyarakat secara luas. Ini
adalah bentuk dari citizen journalism.Dalam konteks yang lebih berkembang lagi,
kesemua perkembangan itu tidak lepas dari hal yang bernama ‘internet’. Begitu
erat kaitan antara internet dengan citizen journalism.Tidak ada alasan
lain yang bisa disampaikan kecuali memang dalam internet itu ada sebuah
keunikan berbeda.Selain karena hingga saat ini internet diakui sebagai sebuah
media tercanggih yang memungkinkan orang untuk mengetahui banyak hal dengan
hanya mengetikkan alamat situs saja.
Apalagi dewasa ini kebebasan berpendapat adalah sebuah
hal yang sangat dijaga keberlangsungannya.Orang-orang semakin asik dengan
kesenangannya mengomentari hal-hal terkecil yang bahkan mungkin kurang penting.
Segala hal yang ada, baik itu tentang dirinya atau tentang lingkungan
terdekatnya akan diungkapkan dalam sebuah tulisan. Fenomena ini adalah bentuk
implikasi nyata dari berbagai kemudahan fasilitas teknologi yang disediakan.
Tak perlu kirim artikel lewat pos lagi ketika ingin
artikel tersebut dibaca orang banyak di sebuah media massa cetak, misalnya.
Saat ini yang cukup dilakukan adalah menulis dengan baik dan mengelola sebuah
weblog dengan cermat.
Perkembangan
citizen journalism di Indonesia bisa dikatakan belum begitu lama dan mengakar.
Fenomena yang mengawali mungkin adalah situs detik.com, yang menampilkan
berita-berita segar dan tidak terkungkung. Akan tetapi situs ini dibuat oleh
insitusi untuk banyak orang. Berbeda dengan blog, majalah memiliki keterbatasan
usia yang menjadi indikator bahwa tugas ini adalah sebuah bentuk dari wartawan
dalam arti yang sempit.
WW memberikan
analisanya bahwa blog ini akan booming dan meluas. Perpaduan antara fun dan
hobby menjadikan blog semakin populer, selain itu di sini setiap orang bisa
berpartisipasi di dalamnya. Contoh-contoh web 2.0 lain adalah seperti
Friendster, Flickr, dimana lewat hal-hal itu kita bisa membangun jaringan
social juga. Hanya sedikit saja mungkin hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan citizen
journalism secara
keseluruhan.Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa perkembangan citizen
journalism ini tak lepas dari perbincangan masalah perkembangan media
internet.
Etika
Citizen Journalism
Memang
tidak ada batasan baku untuk citizen journalism dalam membuat suatu
berita. Namun Citizen journalismjuga ada etikanya. Etika tersebut kurang
lebih sama dengan etika menulis di media online diantaranya adalah tidak
menyebarkan berita bohong, tidak mencemarkan nama baik, tidak memicu konflik
SARA dan menyebutkan sumber berita dengan jelas.
Kelemahan Citizen Journalism dibandingkan wartawan:
- Menceritakan sebuah kisah tentang kebebasan berpendapat yang kemudian dalam pelaksanaannya cukup membuat insan pers ‘agak’ khawatir. Bagaimana tidak, hal tersebut bisa dikatakan adalah sebuah ladang yang tadinya ekslusif bagi para wartawan, sekarang bisa dimasuki oleh siapapun juga.
- Dalam sebuah situs dikatakan, hal ini bisa jadi adalah sebuah ancaman tentang terbentuknya kekuatan baru di samping kekuatan pers yang legal di mata pemerintah. Ancaman ataupun tidak sebenarnya hal tersebut tergantung dari bagaimana cara kita menyikapinya.
- Suatu fenomena akan menjadi suatu masalah bila kita melihatnya dari sudut pandang negatifnya, tapi bisa saja berubah menjadi suatu hal yang baik bila kita memang bisa mencari nilai-nilai baik dari fenomena itu. Meskipun terkadang pencapaian kea rah itu memerlukan perjuangan yang tidak mudah.
- Berbicara tentang kelemahan dari citizen journalism, yang saya pikirkan saat ini adalah adanya kebebasan berpendapat yang cenderung tidak bertanggung jawab.
- Seorang jurnalis yang professional dan memang bernaung dalam sebuah lembaga yang legal di mata pemerintah dan publik, akan lebih bertanggung jawab dalam hal penyampaian pesan yang ia terima untuk di transfer ke khalayak ramai. Berbeda mungkin dengan kebanyakan dari citizen journalism yang hanya mementingkan keperluan pribadinya saja, tanpa memikirkan lebih lanjut tentang dampak dari berita yang ia siarkan, atau bahkan tanggung jawab apa yang dia emban setelah menuliskan berita itu. Contoh konkret dari hal ini misalnya.Seseorang menaruh tulisan provokatif tanpa klarifikasi terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang bersangkutan sehingga membuat adanya ketidakstabilan kondisi yang terjadi.
- Seorang wartawan, pada umumnya akan lebih memperhatikan masalah tersebut. Meski wartawan pun bisa memprovokasi, tetapi dia tetap memprovokasi secara bertanggung jawab karena dia berada dalam sebuah tatanan hukum yang tak bisa lepas mengikat.
- Dengan adanya kebebasan yang kadang kebablasan ini juga, akhirnya banyak tindakan-tindakan criminal yang terjadi. Semakin bebas mengelurakan pendapat, semakin banyak pula kesempatan untuk terjadinya jurang-jurang yang mendalam antara pihak satu dengan pihak yang lainnya.
Kelebihan Citizen Journalism
- Saya merupakan salah satu penggemar blog. Sebagai seorang penggemar, saya merasakan betul dampak kegemaran saya mengelola blog dengan penempatan minat saya dalam wadah yang sesuai.
- Sebagai penyuka baca dan tulis, bagi saya keadaan citizen journalism sangat membantu pembelajaran yang ada. Meskipun pada akhirnya bidang yang saya tekuni di kampus, jurnalistik, ‘direbut’ lahannya oleh publik, tetapi saya percaya bahwasanya kehadiran citizen journalism ini sangat bermanfaat bagi sebuah dinamisasi perkembangan yang dialami oleh insan pers selama ini.
- Selain itu, sebenarnya ketika seseorang menyukai aktivitas tulis menulis, maka ia akan terbiasa dengan sebuah sistematika yang ada dalam kaidah tulis menulis. Artinya apa, dengan adanya citizen journalism, sadar ataupun tidak sebenarnya masyarakat kita sedang belajar bagaimana mengorganisasikan pesan sehingga ia menjadi pesan yang enak dibaca dan bermanfaat bagi orang lain.
- Keberadaan citizen journalism juga sudah barang tentu meningkatkan wawasan masyarakat luas tentang perkembangan isu yang terjadi di dunia. Uniknya lagi, masyarakat sebagai subjek dan objek dari citizen journalism ini akan lebih kritis dalam menghadapi persoalan.
- Satu hal yang terakhir yang diajrkan dari citizen journalism adalah ia mengajari kita arti sebuah perbedaan. Selalu ada perbedaan pendapat, sikap, perilaku. Semua hal itu adalah hal yang wajar, tergantung dari bagaimana masyarakat yang bersangkutan menghadapi perbedaan tersebut.
Bentuk-Bentuk Citizen Journalism
Seperti
yang dikutip dalam buku Mengamati Fenomena Citizen Journalism, Gibson
(Severin dan Tankard, 2005 : 445) mendefinisikan : Dunia maya (cyberspace)
adalah realita yang terselubung secara global, di dukung komputer, berakses
komputer, multidimensi, artifisal, atau virtual. Dalam realita ini, di
mana setiap komputer adalah sebuah jendela, terlihat atau terdengar objek-objek
yang bukan bersifat fisik dan bukan representasi objek-objek fisik, namun
lebih merupakan gaya, karakter, dan aksi pembuatan data, pembuatan
informasi murni (Yudhapramesti, 2007 : 5-6).
Steve
Outing pernah mengklasifikasikan bentuk-bentuk citizen journalism sebagai
berikut:
1.
Citizen journalism
membuka ruang untuk komentar publik. Dalam ruang itu, pembaca atau khalayak
bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalisme
profesional. Pada media cetak konvensional jenis ini biasa dikenal dengan surat
pembaca.
2.
Menambahkan pendapat masyarakat sebagai
bagian dari artikel yang ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan
pengalamannya pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.
3.
Kolaborasi antara jurnalis profesional
dengan nonjurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Tujuannya
dijadikan alat untuk mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel.Terkadang
profesional nonjurnalis ini dapat juga menjadi kontributor tunggal yang
menghasilkan artikel tersebut.
4.
Bloghouse
warga. Bentuknya blog-blog gratisan yang dikenal, misalnya ada
wordpress, blogger, atau multiply. Melalui blog, orang bisa berbagi
cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan
sudut pandangnya.
5.
Newsroom citizen transparency blogs.
Bentuk ini merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya
transparansi. Dalam hal ini pembaca bisa melakukan keluhan, kritik, atau pujian
atas apa yan ditampilkan organisasi media tersebut.
6.
Stand-alone citizen journalism site,
yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang
hal-hal yang sifatnya sangat lokal, yang dialami langsung oleh warga. Editor
berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor)
tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.
7.
Stand-alone citizen journalism,
yang tidak melalui proses editing.
8.
Gabungan stand-alone citizen journalism
website dan edisi cetak.
9.
Hybrid: pro + citizen journalism.
Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis profesional
dengan jurnalis warga.
10.
Penggabungan antara jurnalisme
profesional dengan jurnalisme warga dalam satu atap. Website membeli tulisan
dari jurnalis profesional dan menerima tulisan jurnalis warga.
11.
Model Wiki. Dalam Wiki, pembaca
adalah juga seorang editor. Setiap orang bisa menulis artikel dan setiap orang
juga bisa memberi tambahan atau komentar terhadap komentar yang terbit
(Yudhapramesti, 2007).
Sumber:
Langganan:
Postingan (Atom)